MOTOR BUNTUT AYAH
Brrruumm “ suara motor ayah membangunkan tidur
siangku bunyi meraung-raung, terdengar sekali suaranya. Aku melihat dari
jendela ayah turun dari motor satu – satunya kendaraan kami sekeluarga. Sebuah
motor kuno dengan tangki bensin didepan. Bisa dipakai tempat duduk adikku kalau
dibonceng ayah. Bentuk hampir sama seperti motor balap, dengan motor lain yang
bentuknya sama pun, motor ayah tetap kelihatan jelek dan tua. Kata ayah motor
itu dibeli kakek pada tahun 1982, sudah ketinggalan zaman kan?.
Rasanya aku tidak pernah melihat motor seperti itu
selain motor ayah. Bahkan tukang ojekpun motornya lebih bagus itu membuatku
malu ketika dibonceng ayah. Berkali- kali aku berkata pada ayah motornya kuno,
jelek ketinggalan zaman dan lain-lain.
“Iyaaaa…. Antik lagi motor ayah, yang penting enggak
pernah mogok “ jawab ayah selalu begitu. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi
selain kesal dan jengkel kepadanya, ayah tidak pernah serius menanggapi
omonganku yang ingin ganti sepeda motor. Aku pernah malu ditempat parker sebuah
swalayan, gara-gara ayah mengunci stang motor tiba-tiba datanglah parker yang
ngomel-ngomel “ pak jangan dikunci stang, motor kayak gitu enggak bakal ada
yang nyuri pak “ katanya jengkel tukang parkir. “ iyaaa..iyaaa…” kata ayah
heran wajahnya biasa aja padahal aku malu sekali dibilang seperti itu.
Kuci stang adalah kenci kemudi sepeda motor posisi
kemudi menjadi belok ke kiri terus tidak bisa dibelokkan kanan atau lurus. Jadi
menyusahkan tukang parkir untuk mengatur sepeda motor.
“
bu kenapa sih enggak ganti sepeda motor saja? “ kata aku sepulang dari belanja
“
kenapa tika “ kata ibu
“
bikin malu saja, tadi swalayan dimarahi tukang parkir gara-gara sepeda motor
jelek itu” kata ku
“Di
marahii ? “ kata ibu menjawab dengan heran
“
iyaaa… “ kata aku
“
bukan gara-gara motornya, nak ayah yang salah “ tiba-tiba muncul diruang makan.
“
tapi gara-gara jelek ayah sepeda motornya “ kata aku sambil sebal dan jengkel
dengan ayah
“
ahhhh motor bagus, motor jelek kalau merepotkan tukang parkir juga bakalan
diomeli, enggak usah didengerrin “ kata ayah dengan santai.
“
ahhh ayah terlalu saying sama motor butut itu udah jelek kecil lagi “ kata aku
dengan jengkel
Suatu sore pergi bersam ayah lain dari biasanya,
motor ayah agak tersendat-sendat
“
kenapa ayah “ Tanya aku khawatir
“
hemmmm… enggak tahu ini businya kotor kanyaknya “ kata ayah sambil berfikir
seperti itu
Motor
masih bisa berjalan namun sampai di lampu merah tiba - tiba mesin motor mati,
berkali-kali distater tidak bisa, aku khawatir , jangan - jangan rusak sampai
lampu merah berganti hijau belumbisa menyala.
Tin…tin…tin…
!! mobil dibelakang membunyikan klakon berkali-kali
“
Tika kamu turun dulu “ perintah ayah. Aku segera turun
“
Tika bantuin ayah mendorong sepeda motornya ke pinggir jalan raya “ kata ayah
sambil berteriak dan menoleh ke belakang yang sedang dibelakang sepeda motor.
Aku
tidak tahu harus bagaimana lagi, marah dan malu masih disuruh untuk mendorong
speda motor. Huhh aku justru bergegas kepinggir jalan, bukannya mendorong
sepada moror membantu ayah.
Akhirnya ayah menuntun sepeda
motohnya sendirian kepinggir jalan, kasihan juga sih tapi aku benar-benar kesal. “ Kepala ku
menengok kekan dan kekiri takut ada slah satu teman ku yang melihat, untunglah
tidak ada satupun “ dalam hati aku berkata, karena aku merasa kesal sekali
dengan ayah yang saying sekali dengan sepeda motor buntutnya itu.
“
ayah sihh” kata ku dengan jengkel, tapi aku tidak meneruskan takut justru
tangis yang sejak lama tadi aku tahan-tahan akhirnya keluar juga dengan
sendirinya. Akhirnya aku hanya bisa memandangi ayah membuka mesin motor
dilepasnya sebuah benda kecil, warna putih aku tahu itu yang namanya busi dan
diganti dengan busi cadangan tak lama kemudian mesinpun jalan lagi ayah pun
tersenyum lega.
Sesampai
di rumah pun kau langsung masuk rumah dengan rasa jengkel sekali dengan
kejadian tadi di jalan raya dan berbicara dengan nada kesal
“
pokoknya Tika enggakmau naik motor itu lagi ”
kataku sampai menangis
“
kenapa Tika? “ ibu menatapku heran kuhempaskan tubuh di atas sofa sambil
menangis tersedu-sedu
“
kenapa ayah? “ ibu berpaling kepada ayah
“
sepeda motor ayah tadi mogok di jalan raya “ jawab ayah dengan singkat, ayah
tahu aku marah karena sepanjang jalan aku tutup mulut.
“
ooo seperti itu “ kata ibu mengerti apa yang aku rasakan
Aku
berlari kemar dan menagis dengan tersedu - sedu
Beberapa saat kemudian ibu dating
menghampiriku dan berbicara “ Tika ayah dan ibu juga sama seperti Tika ingin
punya sepeda motor yang lebih bagus “
Masih
tetap menangis aku menatap wajah ibu, ibu tersenyum “ tapi tentu kita menunggu
saat yang tepat untuk mewujudkannya, aat yang tepat maksudnya “ kata ku sambil
menangis tersedu-sedu.
“
coba lihat ini “ kata ibu mengeluarkan buku tulis kecil, kulihat isinya berupa
angka – angka menunjukkan jumlah uang
“
apa ini bu? “ kata ku sambil tidak tahu maksudnya dari buku kecil itu
“
ini di selah kiri ini adalah catatan uang yang kita terima setiap bulannya “
kata ibu sambil memperlihatkan buku kepada Tika
“
aku masih bingung bu ini, ini apa aku tidak tahu maksudnya “ kata aku kepada
ibu
“
sekarang lihat ini, ini adalah daftar uang yang diterima dan dikeluarkan ibu
dalam waktu satu bulan jumlah uang yang keluar adalah sisa kita dalam satu
bulan “ dan ibu menunjukkan jumlah uang yang menurutku tidak cukup besar
nominalnya.
“ Ini uang yang kita tabung setiap
bulannya, belum cukup untuk membeli sepeda motor Tika” kata ibu
Aku
pun terdiam, aku mulai bisa mengerti kenapa ayah masih memakai sepeda motor
butut itu. Aku tahu harga sepeda motor mahal sekali dengan sebesar itu butuh
waktu lama untuk bisa membeli sepeda motor tersebut.
“
Yah memang belum saatnya ayah ganti sepeda motor, sekarang aku mengerti dan
merasa bersalah pada ayah karena sering bersiap kasar karena sepeda motor buntutnya
itu, aku harus meminta maaf pada ayah “ kata ku dalam hati bersalah kepada
ayah.
Nama : Yusrina
Zakia Rahma
Nim : 201510430311228
Kelas : PGSD 2E